Langsung ke konten utama

Rabithah Alawiyah

Rabithah Alawiyah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lambang Rabithah Alawiyah
Rabithah Alawiyah (arab: الرابطة العلوية) adalah suatu organisasi massa Islam yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan. Pada umumnya organisasi ini mengimpun WNI keturunan Arab, khususnya yang memiliki keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW. Organisasi ini berdiri pada tanggal 27 Desember 1928 tidak lama setelah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Daftar isi

Latar belakang

Dalam rangka memelihara dan meningkatkan harkat dan martabat umat Islam di Indonesia, khususnya keluarga Alawiyyin melalui usaha-usaha sosial kemasyarakatan dan pendidikan serta da’wah Islamiyah melalui pembinaan akhlak karimah serta ukhuwah Islamiyah dalam persatuan berbangsa dan bernegara, maka dua bulan setelah peristiwa Sumpah Pemuda, beberapa tokoh Alawiyin menganjurkan kepada Pemerintah Belanda untuk mendirikan perkumpulan kaum Alawiyin yang bernama al – Rabithatoel - Alawijah berdasarkan akta Notaris Mr. A.H. Van Ophuijsen No. 66 tanggal 16 Januari 1928 dan mendapat pengesahan dari pemerintah Belanda pada tanggal 27 Desember 1928 (1346 H), yang ditandatangani oleh GR. Erdbrink ( Sekretaris Pemerintah Belanda).
Untuk merealisasikan program-program Rabithah Alawiyah, beberapa waktu kemudian didirikan al-Maktab al-Daimi, suata lembaga yang khusus memelihara sejarah dan mencatat nasab As-Saadah Al-Alawiyyin. Maktab ini telah melakukan pencatatan di seluruh wilayah Indonesia. pada tanggal 28 Januari 1940, jumlah Alawiyin yang tercatat oleh Maktab Daimi berjumlah 17.764 orang. tokoh-tokoh yang telah berjasa antara lain : Sayid Ali bin Ja’far Assegaf dan Sayid Syech bin Ahmad bin Syihabuddin.
Realisasi Program Rabithah Alawiyah lainnya adalah di dalam bidang social. kegiatan social yang dilaksanakan oleh al-Rabithah al-Alawiyah antara lain mendirikan Panti Asuhan Daarul Aitam pada tanggal 12 Agustus 1931 di jalan Karet No. 47, yang dipimpin pertama kali oleh Sayid Abubakar bin Muhammad bin Abdurrahman Al Habsyi.
Perkembangan kegiatan masyarakata Alawiyin khususnya dan keturunan Arab umumnya di kemudian hari mengikuti pasang surutnya pergerakan politik di Indonesia. Di antara mereka banyak yang terjun ke bidang politik, bergabung dalam organisasi Partai Arab Indonesia (PAI), mengingat partai-partai Nasionalis masih belum membuka diri untuk keturunan asing.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan dan PAI dibubarkan, mereka berkiprah di partai-partai politik sesuai dengan hati nurani masing-masing. sedangkan perkumpulan al-Rabithah al – Alawiyah sebagai kelanjutan dari perkumpulan Jami’at Kheir tetap bergerak pada bidang sosial kemasyarakatan.
Hingga kini Rabithah Alawiyah mempunyai jaringan kerja dengan majlis-majlis taklim di seluruh Indonesia yang dikelola oleh kaum Alawiyin. Di samping itu Organisasi ini juga memfasilitasi pendirian lembaga-lembaga pendidikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga tingkat perguruan tinggi.
Dalam rangka ikut mensukseskan wajib belajar, Rabithah Alawiyah telah memberikan bea siswa untuk anak-anak Alawiyin dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Sampai saat ini bea siswa telah diberikan kepada 4.040 anak. Sedangkan di bidang kesehatan, Rabithah Alawiyah telah memberikan bantuan kepada 1.659 orang dalam bentuk bantuan sosial kesehatan.
Kiprah keluarga besar Rabithah Alawiyah terhadap kepentingan Nasional secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama melalui Lembaga Pendidikan Formal. Pesantren, majlis taklim, majlis dzikir, lembaga kursus ketrampilan yang tersebar di seluruh Tanah Air, turut serta berperan aktif mencerdaskan juga mendewasakan kehidupan berbangsa dan bernegara, membangun perekonomian rakyat serta menumbuh kembangkan kecintaan terhadap Negara Persatuan dan Kesatuan Republik Indonesia.
Selain itu Rabithah Alawiyah juga berusaha mewujudkan Muslim/Muslimah Indonesia selaku warga Negara yang berakhlakul karimah, mempunyai keperdulian dan turut serta bertanggung jawab mengentaskan kemiskinan dan turut perduli di dalam mengatasi persoalan-persoalan sosial yang terjadi ditingkat local maupun Nasional di Tanah Air.
Pendiri al Rabithatoel Alawijah
Perkumpulan al Rabithatoel Alawijah berdiri pada tahun 1346 H bertepatan dengan tanggal 27 Desember 1928 Masehi.
Adapun para Anggota Pengurus yang pertama kali dari perkumpulan ini adalah mereka yang mendirikan yaitu : Sayyid Muhammad bin Abdurrahman bin Syihab ( Ketua Umum ) Sayyid Abubakar bin Abdullah Alatas ( Wakil Ketua I ) Sayyid Abdullah bin Ali Alaydrus ( Wakil Ketua II ) Sayyid Abubakar bin Muhammad Al-Habsyi ( Bendahara I ) Sayyid Idrus bin Ahmad bin Syihab ( Bendahara II ) Sayyid Ahmad bin Abdullah Assegaf ( Sekretaris ) Sayyid Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi ( Pengawas ) Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddad ( Pengawas ) Sayyid Alwi bin Thohir Al-Haddad ( Pengawas ) Sayyid Umar bin Abdullah Az-Zahir ( Pengawas ) Sayyid Abdullah bin Abubakar Al-Habsyi ( Pengawas ) Syekh Salim bin Ahmad Bawazir ( Pengawas )



Kepengurusan 2006-2011

Dihadiri 35 cabangnya dari berbagai tempat di Indonesia, Rabithah Alawiyah belum lama berselang telah melangsungkan muktamar ke-22 di Jakarta. Organisasi yang menghimpun para habaib ini berdiri sejak Desember 1928 atau 78 tahun lalu, tidak lama setelah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dikumandangkan.
Dalam kepengurusan selama lima tahun mendatang, muktamar yang dihadiri tidak kurang dari 250 peserta itu, telah memilih Zen Umar Smit sebagai ketua umum dan Muhsin Idrus Alhamid sebagai wakil ketua umum. Mereka didampingi empat wakil ketua, masing-masing Habib Rizieq Shihab, Anis Hadi Assegaf, Ismet Abdullah Alhabsyi, dan Dr Ahmad Alkaff. Sekretaris umumnya adalah Umar Faruk Azzahir dan bendahara Abdulkadir Assegaf.[1][pranala nonaktif]

Kepengurusan 2011-2016

Ketua Umum  : Zen Umar bin Smith Wakil Ketua Umum I  : Muchsin Idrus Alhamid Wakil Ketua Umum II  : Ahmad Fahmi Assegaf Sekretaris Umum  : Kadzim Salim Alhiyed Wakil Sekretaris Umum  : Muhammad Ghazi Alaidrus Bendahara Umum  : Ahmad Riyad Alhiyed Wakil Bendahara Umum  : Mustafa Mauladawilah Ketua Bid Usaha / Pemuda  : Ahmad Umar Mulachelah Ketua Bid Da’wah  : Ust. Ali Hasan Albahar Ketua Bid Pendidikan  : DR. Muhammad Idrus Alhamid Ketua Bid Kesejahteraan & Sosial : Ismet Abdullah Alhabsyi Ketua Bid Organisasi  : Anas Yahya Mulachelah Ketua Maktab Daimi  : Ust. Ahmad Muhammad Alatas

Referensi

Pranala luar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Raja kerajaan Sanggar

Kerajaan Sanggar Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Kerajaan Sanggar adalah satu dari tiga kerajaan yang berada di lereng Gunung Tambora . Dua kerajaan lainnya, yaitu Tambora dan Pekat , yang disebut dalam berbagai literatur telah musnah akibat letusan gunung Tambora tahun 1815. Daftar Raja kerajaan Sanggar c.1700 - 1704 Kalongkong Hasanuddin 1704 - c.1764 Daeng Pamalie 1765 - 17.. Muhammad Johan Syah 17.. - 1790 Adam Safiallah 1790 - 1805 Muhammad Sulaiman 1805 - 18.. Ismail Ali 18.. - 1836 La Lisa Daeng Jaie 1836 - 1845 Daeng Malabba 1845 - 1869 Manga Daeng Manasse 1869 - 22 Dec 1900 La Kamena Daeng Anjong (b. c.1820 - d. 1900) 22 Dec 1900 - 1901 majlis perajaan Sanggar 1901 - 1926 Abdullah Siamsuddin Daeng Manggala (d. c.1928) Sumber http://www.worldstatesmen.org/Indonesia_princely_states2.html https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sumbawa/raja-of-sanggar/ http://northmelanesian.blogspot.com/2...

Sayyid

Sayyid Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Artikel atau bagian artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan . Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus . Sayyid ( bahasa Arab : سيد‎ ​) (jamak : Sadah) (Bahasa Indonesia : Tuan) adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada orang-orang yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW melalui cucu dia, Hasan bin Ali dan Husain bin Ali , yang merupakan anak dari anak perempuan Nabi Muhammad SAW, Fatimah az-Zahra dan menantunya Ali bin Abi Thalib . Keturunan wanita mendapatkan gelar berupa Sayyidah , Alawiyah , Syarifah atau Sharifah . Beberapa kalangan muslim juga menggunakan gelar sayyid untuk orang-orang yang masih keturunan Abu Thalib , paman Nabi Muhammad, yaitu Abbas , serta Ja'far , Aqil dan Thalib . Gelar ini...

Dang Hyang Nirartha

Dang Hyang Nirartha Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (Dialihkan dari Pedanda Sakti Wawu Rauh ) Pengenalan tahta kosong Padmasana sebagai tempat untuk Dewa Agung Acintya , merupakan hasil pergerakan reformasi yang dipimpin oleh Dang Hyang Nirartha, pada saat tersebut Islam sedang meluar dari barat melalui pulau Jawa . [1] Danghyang Nirartha juga dikenal dengan sebutan Pedanda Shakti Wawu Rauh atau Danghyang Dwijendra adalah seorang tokoh agama Saivis di Bali dan seorang pengelana Hindu abad ke-16 Masehi. Ia adalah pendiri ajaran Shaivisme di Bali. [2] Daftar isi 1 Kehidupan awal 2 Setelah kedatangan 3 Arsitektur 4 Karya religi 5 Lihat pula 6 Referensi Kehidupan awal Pada awal tahun 1537, Ia meninggalkan kota Blambangan bersama dengan keluarganya untuk menjadi kepala penasihat Raja Gelgel, Dalem Baturenggong . Ia meninggalkan wilayah kerajaan Blambangan setelah salah satu istri dari maj...