Langsung ke konten utama

Dang Hyang Nirartha

Dang Hyang Nirartha

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Pedanda Sakti Wawu Rauh)
Pengenalan tahta kosong Padmasana sebagai tempat untuk Dewa Agung Acintya, merupakan hasil pergerakan reformasi yang dipimpin oleh Dang Hyang Nirartha, pada saat tersebut Islam sedang meluar dari barat melalui pulau Jawa.[1]
Danghyang Nirartha juga dikenal dengan sebutan Pedanda Shakti Wawu Rauh atau Danghyang Dwijendra adalah seorang tokoh agama Saivis di Bali dan seorang pengelana Hindu abad ke-16 Masehi. Ia adalah pendiri ajaran Shaivisme di Bali.[2]

Daftar isi

Kehidupan awal

Pada awal tahun 1537, Ia meninggalkan kota Blambangan bersama dengan keluarganya untuk menjadi kepala penasihat Raja Gelgel, Dalem Baturenggong. Ia meninggalkan wilayah kerajaan Blambangan setelah salah satu istri dari majikannya jatuh cinta kepadanya. Kejadian ini memicu keberangkatannya meninggalkan pulau Jawa. Beberapa legenda menuliskan bahwa perjalannya dari Jawa ke pulau Bali dilakukan dengan menduduki labu, hal ini mengakibatkan penilaian tabu di lingkungan Brahmin Bali akan konsumsi labu.[3]

Setelah kedatangan

Setelah kedatangannya di Bali, ia tiba di lingkungan kerajaan Raja Dalem Baturenggong. Bertepatan dengan masa dimana Bali sedang dijangkiti oleh berbagai penyakit dari tahun-tahun sebelumnya, Nirartha memberikan sebagian rambutnya kepada raja dan menyatakan bahwa hal tersebut akan menghapus penderitaan.[3]. Rambut ini ditempatkan di sebuah kuil yang kemudian menjadi tempat ziarah pengikut Shaivis di Bali.



Arsitektur

Nirartha merupakan pencipta arsitektur padmasana untuk kuil Hindu di Bali. Kuil-kuil ini dianggap oleh para pengikut sebagai penjelmaan dari Shiva yang agung.[4]. Semasa perjalanan Nirartha, jumlah kuil-kuil di pesisir pantai di Bali bertambah dengan adanya kuil padmasana.[5].
Ia juga menciptakan sistem tiga-kuil untuk desa-desa di Bali. Kuil untuk Brahma di selatan, Vishnu di bagian utara dan sebuah kuil untuk Shiva di bagian tengah desa. Sistem ini digunakan untuk memperkokoh konsep Trimurti dalam agama Hindu.

Karya religi

Nirartha bertanggung jawab dalam mempermudah pembentukan kembali agama Hindu di Bali. Ia merupakan serorang pelopor pendapat akan moksha di Indonesia. Ia mendirikan persaudaraan pandit Shaivis.[2]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Bali and Lombok, p.46-47, 2001, Dorling Kindersley Limited, London ISBN 978-0-7566-2878-9
  2. ^ a b Pringle, p 65
  3. ^ a b Of Temples and Dragons Bali Plus
  4. ^ Kotamadya Denpasar Bali Paradise
  5. ^ (Indonesia) Sekelumit Sejarah dan Cara Sembahyang Bali Post 8 Juli 2007

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Raja kerajaan Sanggar

Kerajaan Sanggar Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Kerajaan Sanggar adalah satu dari tiga kerajaan yang berada di lereng Gunung Tambora . Dua kerajaan lainnya, yaitu Tambora dan Pekat , yang disebut dalam berbagai literatur telah musnah akibat letusan gunung Tambora tahun 1815. Daftar Raja kerajaan Sanggar c.1700 - 1704 Kalongkong Hasanuddin 1704 - c.1764 Daeng Pamalie 1765 - 17.. Muhammad Johan Syah 17.. - 1790 Adam Safiallah 1790 - 1805 Muhammad Sulaiman 1805 - 18.. Ismail Ali 18.. - 1836 La Lisa Daeng Jaie 1836 - 1845 Daeng Malabba 1845 - 1869 Manga Daeng Manasse 1869 - 22 Dec 1900 La Kamena Daeng Anjong (b. c.1820 - d. 1900) 22 Dec 1900 - 1901 majlis perajaan Sanggar 1901 - 1926 Abdullah Siamsuddin Daeng Manggala (d. c.1928) Sumber http://www.worldstatesmen.org/Indonesia_princely_states2.html https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sumbawa/raja-of-sanggar/ http://northmelanesian.blogspot.com/2...

Sayyid

Sayyid Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Artikel atau bagian artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan . Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus . Sayyid ( bahasa Arab : سيد‎ ​) (jamak : Sadah) (Bahasa Indonesia : Tuan) adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada orang-orang yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW melalui cucu dia, Hasan bin Ali dan Husain bin Ali , yang merupakan anak dari anak perempuan Nabi Muhammad SAW, Fatimah az-Zahra dan menantunya Ali bin Abi Thalib . Keturunan wanita mendapatkan gelar berupa Sayyidah , Alawiyah , Syarifah atau Sharifah . Beberapa kalangan muslim juga menggunakan gelar sayyid untuk orang-orang yang masih keturunan Abu Thalib , paman Nabi Muhammad, yaitu Abbas , serta Ja'far , Aqil dan Thalib . Gelar ini...